Lebih dari sekedar sepatu olahraga, sepatu kets kini sudah menjadi bagian dari budaya populer di berbagai lapisan masyarakat. Sepatu kets yang pada mulanya hanya sebagai sepatu olahraga kini sudah berubah sebagai objek komersial dan modis. Dengan berbagai macam kegunaan, baik olahraga hingga pameran, sepatu kets mencapai titik sebagai komoditas budaya.
Perubahan komoditas tersebut terlihat dari pasar sepatu global yang diperkirakan akan tumbuh pesat di masa depan. Dilansir dari The Conversation, pasar sepatu kets global bernilai sekitar 79 miliar dolar AS atau sekitar 1,1 triliun Rupiah. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat mencapai 120 miliar dolar AS atau sekitar 1,7 triliun Rupiah.
Akan tetapi, bagaimana evolusi sepatu kets dapat terjadi sekarang ini? Dalam artikel ini akan dijelaskan bagaimana sejarah sepatu kets hingga menjadi komoditas budaya populer.
Sejarah dan Evolusi Sepatu Kets
Sepatu olahraga paling pertama dibuat oleh The Liverpool Rubber Company yang didirikan oleh John Boyd Dunlop di tahun 1830-an. Dunlop dipercaya sebagai penemu cara mengikat bagian atas kanvas ke sol karet.
Masih dilansir dari The Conversation, sejarawan Thomas Turner mengatakan kalau akhir abad ke-19 di Inggris merupakan era kemajuan industri dan perubahan sosial yang disatukan dengan semangat olahraga tenis rumput yang populer saat itu. Inovasi dari Dunlop hadir sebagai pembuat sol karet yang menjadi bahas sepatu khusus untuk bermain tenis. Dunlop merilis model Green Flash pada tahun 1929 dan digunakan oleh legenda tenis Fred Perry.
Berbeda dengan Inggris, sepatu kets populer di Amerika seiring dengan diperkenalkan dengan basket. Dilansir dari The Collector, Chuck Taylor merupakan pemain basket semi profesional yang menjadi salesman Converse Sneakers pada tahun 1921 dan menjadi wajah dari Converse itu sendiri. Chuck Taylor All-Star menjadi sepatu olahraga pertama yang didukung oleh atlet selebritas saat itu. Sepatu tersebut digunakan untuk olahraga basket sejak awal tahun 1900 hingga 1970-an.
Meskipun Converse All-Star merupakan sepatu yang dirancang khusus untuk bermain basket, Adidas dan Nike merupakan produk yang mengevolusi sepatu kets dari olahraga ke gaya.
Gebrüder Dassler Schuhfabrik didirikan oleh Adi Dassler di Jerman pada tahun 1924 dan kemudian berubah nama menjadi Adidas pada tahun 1949. Adidas menciptakan sepatu lari dengan sol kulit lengkap dengan paku buatan tangan. Jesse Owens menggunakan sepatu tersebut pada olimpiade Berlin 1936 dan dia mendapatkan empat medali emas.
Bill Bowerman dan Phil Knight mendirikan Nike pada tahun 1964 yang semula bernama Blue Ribbon Sports. Nike merilis desain komersial pertama dengan nama Cortez, seiring dengan popularitas atletik di Amerika. Nike Cortez digunakan oleh Tom Hanks pada ajang Forrest Gump dan hal tersebut berhasil mendongkrak popularitas Nike.
Gelombang Komersialisasi
Yuniya Kawamura, seorang sosiolog asal Jepang berpendapat setidaknya ada tiga gelombang dari fenomena perubahan sepatu sebagai objek komersialisasi. Gelombang pertama terjadi pada tahun 1970-an dimana sepatu kets mulanya hanya populer di bawah tanah dan munculnya aliran budaya hip-hop. Selain budaya hip-hop, sepatu kets menjadi bagian penting dari gaya fashion Terrace yang merupakan bagian budaya dari penggemar sepak bola.
Gelombang kedua muncul seiring dengan rilisnya Nike Air Jordans pada tahun 1984. Fenomena ini akhirnya membuat sepatu kets menjadi simbol status sosial yang didorong oleh selebriti. Kemudian gelombang ketiga terjadi saat ini, dimana era digital menjadi pendorong pemasaran sepatu kets dan penjualan kembali (resale).
Sneakerhead, sebutan untuk pengoleksi sepatu kets atau sneaker seri khusus juga menjadi fenomena baru yang muncul. Nike dan Adidas menjadi produk yang rutin merilis sepatu dengan edisi terbatas yang bekerja sama langsung dengan selebriti, bintang hip-hop atau atlet profesional. Tidak sedikit orang akan berlomba untuk seri terbatas seperti Nike Air Yeezy 2 “Red October” atau Air Jordan x1 Off-White “Chicago”.
Baik sebagai objek olahraga hingga mode, sepatu kets berhasil mendominasi pasar sepatu. Terlepas dari objektivitas kegunaan, hingga saat ini sepatu kets dapat dikatakan mempertahankan ketenangannya sebagai ikon budaya populer.