Nggak bisa dipungkiri, permintaan sepatu dari masa ke masa selalu tinggi. Banyaknya produk tiruan alias KW ini masih jadi pilihan buat sebagian besar kalangan, apalagi kalangan sosialita yang ambisius mencari pengakuan. Ada beberapa alasan kuat yang membuat produk KW masih ramai diburu pembeli, seperti:
Harga di Bawah Sepatu Original
Soal harga, tak perlu ditanyakan lagi. Sepatu tiruan memang punya harga cenderung jauh dibawah harga sepatu orisinal. Kenapa bisa? Karena sepatu tiruan tidak melalui berbagai macam proses yang dilakukan oleh perusahaan yang orisinal. Mulai dari riset performa, pemilihan materi, harga desainer yang cukup mahal, kontrol kualitas, biaya distribusi barang ke seluruh dunia, pemenuhan pajak di Indonesia dan gaji karyawan yang terlatih. Semua hal tersebut menyebabkan harga sepatu orisinal jadi naik.
Sementara pengusaha sepatu tiruan, mereka tak melalui komponen tersebut. Kebanyakan mereka memproduksi sepatu hanya dengan mesin seadanya. Kontrol kualitas yang dilakukan juga tidak seketat perusahaan penyedia sepatu orisinal.
Peraturan yang Longgar
Nyatanya produk tiruan sudah pasti melanggar aturan hak cipta. Mereka memproduksi produk tiruan tanpa adanya izin dari pihak pemegang hak cipta. Di samping itu, tidak ada pemenuhan hak atau royalty yang dibayarkan kepada desainer sepatu. Bila diteruskan, secara tidak langsung menggunakan sepatu tiruan berarti tidak menghargai kreativitas penciptanya.
Lalu pemerintah belum terlihat serius dalam mengani beredarnya produk tiruan lainnya. Walaupun telah tercatat dalam UU nomor 28 tahun 2014, penegakannya belum menyeluruh.
Gaya Hidup K0nsumtif
Percaya atau tidak, Indonesia memang pasar efektif untuk memasarkan berbagai macam produk. Termasuk di dalamnya adalah sepatu. Buktinya, merek-merek besar dunia tercatat membuka cabang mereka di Indonesia. Sementara itu, gengsi ingin selalu dipandang dan butuh pengakuan dari orang lain juga jadi motif di balik keputusan membeli produk tiruan.
Produk orisinal memang harganya selangit, namun lebih dipandang. Kesan itu seakan membuat konsumen produk tiruan tidak peduli. Sebenarnya mereka tahu produk itu adalah tiruan, tapi mereka akan terus membelinya. Sebagian yang tak memiliki cukup uang akan memutuskan membeli produk tiruan dengan harapan agar bisa dipandang seperti layaknya memakai produk orisinal.
Kurangnya Kesadaran
Menyadari sudah membeli produk tiruan alias KW, konsumen yang belanja produk KW masih tak peduli. Nyatanya, kita masih bisa menemui beberapa kalangan masih bangga memakai produk KW dengan bergaya layaknya seorang sosialita. Demi mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar, maka ia tetap membeli produk KW.
Hal ini perlu diperhatikan lebih jauh. Kesadaran membeli produk orisinal bukan hanya sebagai bentuk apresiasi ke produknya, tetapi juga sebagai bentuk investasi jangka panjang. Merek internasional itu juga akan terus berani menanamkan saham mereka di Indonesia bila penjualan produk mereka terus naik.
Kurang Mencintai Produk dalam Negeri
Harga produk luar negeri yang cukup tinggi membuat banyak kalangan jadi berpikir dua kali untuk memilikinya. Alih-alih menabung hingga dana tercukupi, sebagian konsumen justru membeli produk KW dengan dana seadanya. Sungguh disayangkan, faktanya harga sepatu-sepatu buatan lokal rata-rata lebih terjangkau.
Pemerintah mencoba melindungi produk lokal dengan menaikkan pajak impor. Jika harga produk impor tinggi, diharapkan masyarakat memilih beralih ke produk lokal dengan harga yang ramah dompet. Rencana pemerintah tak akan berjalan kalau kita tak mengakui sepatu lokal.
Pengetahuan Seadanya & Tidak Mau Mencari Informasi Lebih
Kehadiran komunitas sepatu di Indonesia bukan hanya untuk kumpul-kumpul saja, tetapi juga untuk bertukar informasi. Mereka telah membentuk grup di berbagai platform media sosial agar mampu dicapai oleh banyak kalangan. Contohnya Facebook, Instagram, YouTube hingga TikTok. Dengan itu kita bisa mengetahui penjual produk tiruan sekaligus penjual produk orisinal. Sayangnya, masih banyak yang belum mau membacanya apalagi melakukannya.
Pengawasan Longgar
Walaupun sudah melanggar hak cipta, pengawasan akan peredaran produk-produk tiruan seakan dianggap sebagai rahasia umum. Sayangnya lagi, pemerintah belum menunjukkan sinyal meningkatkan pengawasan apalagi tindakan. Mengutip dari situs resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, negara telah merugi Rp. 65 triliun di tahun 2015 dari peredaran produk tiruan ilegal dan termasuk diantaranya ada sepatu KW.
Faktanya mengejutkan mengingat harga produk KW bahkan tak sampai menyentuh angka Rp. 100 ribu per buah. Kerugian ini sebenarnya bisa dikurangi bila kesadaran penduduk untuk membeli produk orisinal, baik dari luar maupun dalam negeri terus naik.